RBN, Depok – Tiga remaja putri yang berhimpun dalam sebuah kelompok tari “Indonesiana And Friends” tampil memukau pada acara sarasehan budaya dengan tema kepemimpinan berbasis kebudayaan Nusantara yang diselenggarakan untuk memperingati Hari Kebangkitan Nasional di Makara Art Center Universitas Indonesia (MAC UI), Depok, Senin 20 Mei 2024.
Kelompok tari ini beranggotakan Indonesiana Ayuningtyas Wicaksono, siswi Kelas 6D di SD Negeri Anyelir 1 Depok, Rengganis Prameswari Nugraeni Mayo dan Najwa Ghaisani Mumtaz, yang keduanya merupakan siswi Kelas 8i di SMP Negeri 1 Depok.
Ketiga penari ini sebenarnya berasal dari sanggar berbeda, namun mereka dipersatukan dalam sebuah komunitas tari yang sama, yaitu komunitas Bakul Budaya yang menggelar latihannya tiap Sabtu pagi di kampus Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI). Dalam pentas ini mereka membawakan Tari Ratu Graeni asal tanah Pasundan.
Konseptor kelompok ini, Indonesiana atau yang akrab dipanggil Nesia, bercerita : “Waktu diminta oleh Om Eko (salah satu pengurus MAC UI, Eko Sulistiyo) untuk mengisi acara peringatan Hari Kebangkitan Nasional di MAC UI, Aku tanya tema acaranya apa? Lalu om Eko kasih info bahwa tema acaranya terkait kepemimpinan berbasis kebudayaan Nusantara, maka aku memutuskan untuk membawakan Tari Ratu Graeni yang rasanya cocok dengan tema itu karena cerita dalam tariannya menggambarkan kepemimpinan seorang Perempuan Sunda”, ujar Nesia yang saat ini sudah menguasai sebanyak 32 tarian dari berbagai daerah di Nusantara ini.
Tari Ratu Graeni merupakan salah satu tarian Sunda (rumpun tari Kreasi Baru) yang diciptakan pada tahun 1949 oleh R. Tjetje Somantri. Tari Ratu Graeni menceritakan seorang Ratu dari kerajaan Medang Kamulan yang sedang berlatih perang untuk menghadapi musuhnya, yaitu Prabu Gandawikalpa.
Makna tari Ratu Graeni sebagai tarian simbolik mengenai jiwa patriotisme seorang perempuan Sunda. Yakni, seorang perempuan yang mempunyai jiwa pemberani dalam mengatasi segala macam persoalan, baik secara internal maupun eksternal.
Makna yang terkandung dalam tarian ini bahwa perempuan dapat berperan juga dalam kehidupan sejajar dengan kaum pria, yang sama-sama memiliki ketangguhan, berjiwa patriotik atau perjuangan, dan kegigihan di balik kelembutan seorang perempuan.
Penerjemahan ketiga penari ini terhadap karakter Ratu Graeni dalam pentas ini layak diacungi jempol, dalam beberapa gerakan mereka mampu menyajikan liukan gemulai namun ketika memasuki adegan perang mereka pun dengan cepat mengubah karakternya menjadi lebih gagah dan bertenaga, terutama ketika adegan peperangan menggunakan keris.
Dosen Program Studi Sastra Jawa FIB UI, Doktor Ari Prasetiyo, yang ikut menonton pentas tersebut sempat membuat catatan: “Tadi saat sound gedung sempat bermasalah sehingga suara musik pengiring sempat hilang dalam beberapa detik, saya justru memperhatikan reaksi ketiga penari ini, dan mereka sangat tenang, tidak ada kelihatan panik, dan tetap terus melanjutkan tarian seperti gak terjadi apa-apa, justru itu yang menunjukkan kualitas mental mereka sangat baik”.
Ketua Umum Bakul Budaya Dewi Fajar Marhaeni yang selalu mengamati perkembangan para anggotanya mengatakan, “Mereka ini masih sangat muda, namun sudah menunjukkan kualitas seperti penari professional”.