RBN, Sumba – Kebudayaan Indonesia dikenal dengan keragamannya yang mencakup berbagai hal, salah satunya adalah sastra lisan. Meskipun sastra lisan Indonesia begitu kaya, cerita-cerita dari Indonesia Timur, seperti Sumba, masih kurang mendapat perhatian. Padahal, kisah dan legenda rakyat Sumba menyimpan kekayaan budaya yang memiliki potensi besar untuk memperkaya khazanah sastra Indonesia. Terbatasnya akses terhadap cerita-cerita ini menjadi penghambat tersebarnya kisah rakyat Sumba ke masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, digitalisasi sastra lisan Sumba dapat menjadi solusi untuk mengatasi kesenjangan akses informasi dan mengenalkan kekayaan budaya Indonesia Timur kepada cakupan masyarakat yang lebih luas.
Tim Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat FIB Universitas Indonesia sebelumnya telah melakukan kegiatan di Sumba Barat pada Agustus 2023. Kegiatan tersebut menghasilkan digitalisasi asal-usul kampung Kadoku dalam bentuk QR Code. Melalui QR Code tersebut, informasi dan legenda mengenai asal-usul kampung Kadoku dapat diakses dengan mudah tidak hanya oleh warganya sendiri, tetapi juga masyarakat umum.
Pada Agustus 2024 ini, Tim Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat FIB UI akan melanjutkan kegiatan pengabdian masyarakatnya di Sumba Barat, NTT. Ketua Tim Pengmas FIB UI, Dr. Hendra Kaprisma, S.Hum, menjelaskan bahwa Tim Pengmas FIB UI tahun ini akan berfokus pada digitalisasi sastra lisan yang ada di Sumba Barat, dengan menggunakan satu kisah yang akan dijadikan model untuk didigitalisasi.
Kisah yang diambil adalah kisah Lingu Lango, legenda seorang wanita bangsawan dari Lamboya, yang dikenal karena keberanian dan kecerdasannya dalam melawan 36 perampok yang mengancam kampungnya. Kisah Lingu Lango akan dikembangkan menjadi komik dwi bahasa, sehingga bisa lebih mudah untuk dinikmati dan dipahami terutama bagi generasi muda. Pengusul Utama Tim Pengmas FIB UI, Diah Kartini Lasman, M.Hum, mengungkapkan bahwa diangkatnya kisah Lingu Lango dapat membawa pesan isu kesetaraan gender mengenai ketangguhan perempuan dalam menghadapi budaya patriarki.
Tim Pengmas FIB UI juga akan bekerja sama dengan Rumah Seni Wanno sebagai program kerja sama lanjutan dengan Dinas Pariwisata Sumba Barat untuk membuat Festival Budaya Sumba bertajuk, “Legenda, Sastra, dan Revitalisasi.” Festival ini akan mengadakan pameran kain tenun, pagelaran budaya Sumba, dan pameran kampung adat Sumba dalam bentuk digital. Dr. Suma Riella Rusdiarti, S.S., M.Hum, salah satu anggota pengabdi, berkomentar bahwa festival ini adalah langkah nyata untuk memberdayakan masyarakat Sumba Barat, meningkatkan kualitas produk lokal, dan memperkenalkan kekayaan budaya Sumba ke kancah internasional. Anggota Tim Pengmas FIB UI, Joanna Abigail, Cut Anasya Zahara, Naura Nevitha, Sadina Aimee Prasetya, dan Najwa ‘Dhya Ulhaq Utama Sihombing, akan membantu pelaksanaan setiap program yang sudah direncanakan dan juga akan membantu mengenalkan masyarakat Sumba Barat pada penggunaan teknologi untuk membantu dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat dan memperkuat identitas budaya.
Program pengabdian masyarakat ini memanfaatkan teknologi digital sebagai alat untuk melestarikan dan mempromosikan kekayaan budaya Sumba Barat. Melalui digitalisasi kebudayaan Sumba Barat, diharapkan dapat menjangkau audiens yang lebih luas dan memastikan warisan budaya ini tidak hilang termakan zaman.
Kebudayaan Indonesia dikenal dengan keragamannya yang mencakup berbagai hal, salah satunya adalah sastra lisan. Meskipun sastra lisan Indonesia begitu kaya, cerita-cerita dari Indonesia Timur, seperti Sumba, masih kurang mendapat perhatian. Terbatasnya akses terhadap cerita-cerita ini menjadi penghambat tersebarnya kisah rakyat Sumba ke masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, digitalisasi sastra lisan Sumba dapat menjadi solusi untuk mengatasi kesenjangan akses informasi dan mengenalkan kekayaan budaya Indonesia Timur kepada cakupan masyarakat yang lebih luas.
Pada tanggal 14 Agustus 2024, Tim Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat FIB UI yang beranggotakan Diah Kartini Lasman, M.Hum, Joanna Abigail, Cut Anasya Zahara, Naura Nevitha, Sadina Aimee Prasetya, dan Najwa ‘Dhya Ulhaq Utama Sihombing tiba di Bandar Udara Lede Kalumbang, Kota Tambolaka, Kab. Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur, pada pukul 16.40 WITA.
Nantinya, tim Pengmas FIB UI akan melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakatnya di Sumba Barat, NTT. Tim Pengmas FIB UI akan berfokus pada digitalisasi sastra lisan yang ada di Sumba Barat, dengan menggunakan cerita rakyat Sumba Barat yang akan dijadikan model untuk didigitalisasi. Kisah yang diambil adalah kisah Lingu Lango, legenda seorang wanita bangsawan dari Lamboya, yang dikenal karena keberanian dan kecerdasannya dalam melawan 36 perampok yang mengancam kampungnya. Kisah Lingu Lango akan dikembangkan menjadi komik dwi bahasa, sehingga bisa lebih mudah untuk dinikmati dan dipahami terutama bagi generasi muda.
Tim Pengmas FIB UI juga akan bekerja sama dengan Rumah Seni Wanno sebagai program kerja sama lanjutan dengan Dinas Pariwisata Sumba Barat untuk membuat Festival Budaya Sumba bertajuk, “Legenda, Sastra, dan Revitalisasi.” Festival ini akan mengadakan pameran kain tenun, pagelaran budaya Sumba, dan pameran kampung adat Sumba dalam bentuk digital. Masyarakat juga akan dikenalkan pada penggunaan teknologi untuk membantu dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat dan memperkuat identitas budaya.
Program pengabdian masyarakat ini memanfaatkan teknologi digital sebagai alat untuk melestarikan dan mempromosikan kekayaan budaya Sumba Barat. Melalui digitalisasi kebudayaan Sumba Barat, diharapkan dapat menjangkau audiens yang lebih luas dan memastikan warisan budaya ini tidak hilang termakan zaman.