27.8 C
Jakarta

Lab Teater Ciputat Gelar Pertunjukan Enam Karya Yang Dikemas Dalam Program Bertajuk UN-LOADING.

Published:

RBN, Jakarta – Menjelang penutupan tahun 2024 ini Lab Teater Ciputat (LTC) menggelar pertunjukan sebanyak enam karya yang dikemas dalam sebuah program bertajuk UN-LOADING. Un-Loading adalah sebuah Program penciptaan karya Lab Teater Ciputat (LTC) yang dilaksanakan secara reguler tahunan dalam penguatan upaya kompetensi keanggotaan LTC.

Program ini akan melakukan telisik terhadap ragam materi (naskah drama, sastra, jurnal, esai, dan isu-isu yang dianggap relevan) sebagai sumber penciptaan. Upaya ini juga dilakukan untuk membongkar situasi stagnan penciptaan serta minimnya naskah drama yang mengangkat isu-isu aktual dan relevan. Materi penciptaan yang ditentukan oleh penggagas akan ditelisik dan dianalisis kemudian dicipta ulang menjadi karya baru.

Program ini terdiri dari dua kegiatan utama yaitu: Un-loading Penciptaan dan Un-loading Pertunjukan. Program ini sudah berlangsung sebanyak tiga kali pertama September 2022, Juli 2024 dan Desember 2024.

Menurut Ari Sumitro (Direktur Harian LTC) “Un-loading, Sebagai program lanjutan aktivasi
aktor (2022), merupakan ruang yang bermutasi menjadi lebih komplek, padat, dan
terencana. Un-Loading adalah sebuah platform yang digagas oleh LTC dengan
membawa spirit bagi anggota LTC itu sendiri. Spirit ingin keluar dari stagnasi,
membongkar lagi yang sudah ada dengan: bongkar teks, bongkar isu, bongkar
pemanggungan. Spirit ingin membuat dan menata bentuk baru dengan mempertanyakan
kembali instrumen yang membangun, baik wacana atau perangkat-perangkatnya”

Senada dengan Ari Sumitro, Holifa Wira selaku fasilitator penciptaan mengatakan “Para
kreator mengawali proses dengan memilih tema yang dianggap relevan. Tema – tema itu
kemudian dibaca ulang, ditelusuri, dipertanyakan, disinggungkan dengan objek lain lalu
ditemukan subjektifitas dan konteksnya oleh aktor. Meskipun aktor unloading berproses
dan berangkat dari titik yang sama, langkah-langkah selanjutnya aktor akan menemukan
cara-cara dan pendekatan spesifik dalam menentukan bentuk pertunjukannya” Jelas
Holifa.

Baca juga:  Menhan Prabowo Melakukan Pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, di Rusia

Perhelatan kali ini mengambil tempat di Museum Kebangkitan Nasional yang juga
dikenal dengan Gedung Kebangkitan. Nur Khozin Selaku Pamong Budaya Pengelola
Museum Kebangkitan Nasional mengatakan “ Bahwa Museum Kebangkitan Nasional
sangat membuka ruang untuk berkolaborasi dengan berbagai komunitas seni selama
memiliki visi yang sama dengan Museum Kebangkitan. Kita Berharap di tempat ini
sebagaimana pada masa lampau puluhan orang anak muda yang berusia belasan tahun
mencetuskan semangat kebangkitan yang kemudian menjadi cikal bakal Indonesia. Kita
berharap semangat kebangkitan itu tetap tumbuh dan terjaga dalam diri kita terutama
para pegiat senia budaya. Hari ini kebangkitan Teater besok kebangkitan music kemudian
disusul kebangkitan-kebangkitan yang lain. Dengan car aini kita berkontribusi aktif pada
kemajuan bangsa dan negara” tegas Khozin.

Lab Teater Ciputat Gelar Pertunjukan Enam Karya Yang Dikemas Dalam Program Bertajuk UN-LOADING

Pada perhelatan kali ini LTC menghadirkan sebanyak enam karya pertunjukan yang
digagas dan diproduksi oleh seniman-seniman anggota LTC. Ke enam pertunjukan ini
antara lain ;
“U-TURN” karya M. Ramdhan. Pentas hari Selasa 17 Desember, mengangkat isu
perkotaan atau Masyarakat urban sebagai tema utama. Karya ini mencoba membalut
elemen performatif dengan tekstur yang kompleks, baik melalui pengalaman visual atau
melalui pengalaman auditif . Ibarat sebuah orkestrasi yang berupaya mengalir tanpa jeda,
tanpa berusaha untuk dimaniskan atau dilembutkan. Ini adalah respons terhadap suara
suara sosial yang diolah dengan informasi electroacoustic.

Hari rabu 18 Desember “BLACK DOT’S” karya Sarah Nurmala. Karya ini memiliki sumber
rujukan utama yaitu “Momoye: Mereka Memanggilku” karya Eka Hindra dan Koichi
Koimura dan Perawan Remaja Dalam Cengkraman Militer karya Pramoedya Ananta Toer.
Ketika membaca dua buku tersebut Sarah tertarik untuk mengangkat isu mengenai Jugun
Ianfu. Beberapa bulan telah dilewati dengan membaca riset-riset, video dokumenter
maupun film mengenai Jugun Ianfu dan juga melakukan proses diskusi yang intens
bersama Lab Teater Ciputat. Ini adalah pertama kalinya saya menjadi penggagas,
pembuat dan pemain dalam karya ini. Kesulitan tentu saja ada, namun disitulah letak
pembelajarannya. Dimana kita ditempa untuk menghadapi diri sendiri. Sarah sempat
langsung menulis naskah dengan sekedar memindahkan cerita di novel ke dalam naskah
drama. Kemudian beranjak dan melakukan pembacaan lebih mengenai Sejarah Kelam
Perempuan Indonesia dari waktu ke waktu.

Baca juga:  Workshop Makara Art Center UI di Tumang Fair, Ajak Warga Menjadi Agen Pemajuan Seni dan Budaya Nusantara

Sementara pada Kamis tanggal 19 Desember, Eko Yudhi Prasetyo akan menyajikan
Tradisi Jolenan yang merupakan ekspresi kultural tentang ras syukur tas panen mulai
menghilang. Eko mencoba menangkap nilai dan spiritnya melalui proses napak tilas dan
mengangkatnya ke dalam karya pertunjukan.

Dan pada Hari Jumat 20 Desember Bangkit Sanjaya dengan judul karya “SUARA
ABIVARA” mencoba mengangkat naskah “Kisah Perjuangan Suku Naga” Karya W S
Rendra dan mencari relevansi naskah dengan situasi sosial politik masyarakat hari ini.”
Lanjut pada Hari Sabtu 21 Desember Yova Tri Wahyuni dengan Judul Karya “RUDRA
SAMSARA” mengangkat isu kekerasan terhadap Perempuan dalam rumah tangga. “Di
tengah rumah yang terlihat tenang, tersembunyi luka-luka yang tak kasat mata.
Pertunjukan ini mengisahkan perjalanan batin Amara, seorang perempuan yang hidup
dalam bayang-bayang kekerasan rumah tangga. Setiap hari, ia berada dalam siklus
menyakitkan yang meremukkan jiwanya; suara-suara dari masa lalunya menghantui,
ingatan-ingatan menyakitkan mengisi pikirannya. Ia terjebak dalam rasa takut yang
membelenggu, memadamkan cahayanya dan melumpuhkan harapan dalam dirinya”.
Bunyi sinopsis dari pertunjukannya.

Dan terakhir Minggu 22 Desember Ari Sumitro dengan Judul Karya “NOTA AGRARIA”
mengangkat isu agraria “Tahun 2024, menjelang 2025, Julius Rawat Semalam berumur
45 tahun, 11 bulan, 5 hari. Pukul 23.00 WIB, Ia masih menyetrika. 05.00 Ia harus tiba di
stasiun, melaju dengan commuter line selama 1 jam 12 menit. Pukul 08.00 WIB ia
berumur 45 tahun, 11 bulan, 6 hari, 7 jam” demikian sinopsis dari karya Ari Sumitro.

Berita Terkait

spot_img

Berita Terkini

spot_img