26.9 C
Jakarta

Kemlu dan UIII Gelar Kongres Indonesianis Sedunia ke-7: Menghidupkan Semangat Bandung di Era Tantangan Global

Published:

RBN, DEPOK – Kementerian Luar Negeri melalui Badan Strategi Kebijakan Luar Negeri (BSKLN) bekerja sama dengan Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) kembali menghadirkan Kongres Indonesianis Sedunia (KIS) ke-7 pada 12–13 November 2025 di kampus UIII, Depok.Kegiatan ini menjadi ajang bergengsi bagi para Indonesianis — akademisi, peneliti, dan profesional dari berbagai negara — yang memiliki minat dan kepakaran terhadap Indonesia.

Tahun ini, 16 Indonesianis dari 10 negara berkumpul untuk membahas isu-isu terkini seputar politik, ekonomi, dan sosial-budaya Indonesia dari perspektif global.

Kongres ini secara resmi dibuka oleh Wakil Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Yang Mulia Arrmanatha Christiawan Nasir, yang menekankan pentingnya menghidupkan kembali Semangat Bandung di tengah ketidakpastian lanskap global saat ini.

“Sahabat-sahabat Indonesia, di mana pun Anda berada di dunia saat ini, layar kita dipenuhi oleh gambaran konflik, persaingan, dan ketidakpastian. Kita menyaksikan perang, ketimpangan yang semakin melebar, dan menurunnya kepercayaan antarbangsa. Multilateralisme sedang mengalami kemunduran, sementara proteksionisme sering kali digantikan oleh kepentingan diri sendiri,” ujar Wakil Menteri Arrmanatha.

“Hanya negara-negara yang kuat dan bersatu, serta kerja sama internasional yang tulus, yang dapat terus menegakkan keadilan dan perdamaian. Adalah tanggung jawab kita bersama untuk menghidupkan kembali semangat solidaritas dan tanggung jawab bersama dalam mewujudkan perdamaian dan pembangunan. Semangat Bandung—yang lahir dari Konferensi Asia-Afrika tahun 1955—terus menginspirasi negara-negara Global South, mewakili suara mereka yang terpinggirkan. Dipandu oleh semangat ini, kita dapat membangun tatanan dunia yang lebih adil dan inklusif,” tambahnya.

Kepala BSKLN, Muhammad Takdir, menyoroti pentingnya wawasan yang dihasilkan dari penyelenggaraan kongres selama ini.

“Insight yang kami peroleh dari enam kongres sebelumnya telah membantu Indonesia memahami bagaimana dunia memandang kita, sekaligus memberi ruang refleksi yang konstruktif untuk memperkaya kebijakan luar negeri kita,” ujarnya.

Baca juga:  Presiden Saksikan Pengganti Uang Kerugian Negara dalam Perkara Korupsi CPO Rp13,25 Triliun dari Jaksa Agung ke Menkeu

Dengan mengusung tema “Menghidupkan Kembali Semangat Bandung: Mendorong Kerja Sama Selatan–Selatan Menuju Tatanan Dunia yang Lebih Sejahtera dan Stabil”, KIS ke-7 menegaskan kembali peran Indonesia sebagai penggerak solidaritas negara-negara berkembang.Semangat Bandung Spirit — warisan Konferensi Asia-Afrika 1955 — menjadi simbol komitmen Indonesia dalam memperjuangkan keadilan dan kesetaraan global, serta memperkuat kerja sama Selatan-Selatan (South-South Cooperation).

Di tengah perubahan geopolitik dan ekonomi dunia, tema ini merefleksikan relevansi diplomasi Indonesia dalam membangun dunia yang lebih stabil, inklusif, dan sejahtera.Kepala Pusat Strategi Kebijakan Isu Khusus dan Analisis Data Kemlu RI, Gita L. Murti, menekankan bahwa nilai-nilai Konferensi Bandung tetap relevan di tengah dinamika global yang terus berubah.

“Semangat Bandung bukan sekadar memori historis, tetapi sebuah kerangka hidup yang menuntun negara-negara untuk berkolaborasi dalam membangun jalur pembangunan yang inklusif,” ujarnya.

Kolaborasi untuk Masa DepanKIS ke-7 akan dibuka dengan penandatanganan Memorandum Komitmen antara BSKLN–Kemlu dan Fakultas Ilmu Sosial UIII, yang mencakup kerja sama di bidang pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat, dan kemitraan strategis lainnya.

Dekan Fakultas Ilmu Sosial UIII Dr. Philips Vermonte mengatakan bahwa keterlibatan UIII sebagai co-host merupakan kehormatan sekaligus penegasan peran strategis universitas dalam isu-isu Global South.

“FOSS UIII memiliki fokus kuat pada kajian Global South, dengan mahasiswa yang berasal dari negara-negara di Asia dan Afrika. Karena itu, kami berada pada posisi yang tepat untuk merayakan 70 tahun Konferensi Bandung,” jelas Dekan.

Ia menegaskan bahwa UIII sejak awal dirancang sebagai “diplomatic campus”, yang menjalankan peran akademik dengan misi diplomatik untuk memperkuat jejaring internasional Indonesia.

Sementara itu, Rektor UIII, Prof. Jamhari Makruf, menambahkan bahwa kongres ini mencerminkan mandat intelektual dan diplomatik universitas. Menurutnya, UIII didirikan dengan visi besar, yaitu menjadi ruang dialog global yang menghubungkan Indonesia dengan dunia melalui pengetahuan.

Baca juga:  Infrastruktur Transportasi Harus Berlanjut Dengan Pembenahan

“Semangat Bandung mengajarkan kita bahwa solidaritas dan keberanian berpikir adalah fondasi masa depan Global South. Melalui WIC 2025, kami ingin memastikan bahwa Indonesia bukan hanya menjadi objek kajian, tetapi juga subjek yang aktif membentuk percakapan global,” ujar Rektor.

Menjalin Jaringan Global Para IndonesianisSejak pertama kali diselenggarakan pada 2018, KIS terus menjadi magnet bagi para akademisi, jurnalis, pendidik, hingga pelaku industri kreatif dari seluruh dunia. Selain memperluas wawasan mengenai Indonesia, forum ini juga menghasilkan beragam gagasan strategis untuk pembangunan nasional.

Salah satu capaian penting dari inisiatif ini adalah lahirnya Global Indonesianist Network (GIN) — platform digital yang diluncurkan pada 2024 dan dapat diakses melalui https://globalindonesianist.com/ GIN kini telah memetakan hampir 500 Indonesianis di seluruh dunia, membentuk ekosistem kolaboratif antara akademisi, peneliti, dan pembuat kebijakan — baik dari dalam maupun luar negeri.

Dengan menghidupkan kembali nilai-nilai Bandung, WIC 2025 menegaskan komitmen Indonesia untuk memperkuat kerja sama Selatan–Selatan. Kongres ini juga menegaskan tekad Indonesia untuk bekerja bersama negara-negara Global South lainnya demi mewujudkan tatanan dunia yang lebih adil, inklusif, dan stabil.

Berita Terkait

spot_img

Berita Terkini

spot_img