RBN, JAKARTA – Krisis RAM diambang mata, hal tersebut ditandai dengan kondisi harga RAM yang di luar kendali hingga pengaruhi industri PC. Menurut laporan baru, penjualan motherboard turun hingga 50% akibat krisis RAM.
Kenaikan harga DDR5 telah berada di luar kendali. Media teknologi Jepang Gazlog melaporkan bahwa harga kit RAM 64GB kini lebih mahal dibandingkan konsol PlayStation 5 atau kartu grafis RTX 5070.
Kondisi ini membuat banyak toko mencabut harga tetap dari rak pajang DDR5, dan hanya mengikuti harga pasar yang berubah setiap hari, dikutip dari CNBC Indonesia, Jumat (26/12/2025).
Selain itu, pengguna yang ingin meningkatkan performa PC dari sistem DDR4 atau versi lebih lama tidak punya pilihan lain selain membeli DDR5, yang kini harganya melambung.
Akibatnya, para produsen motherboard seperti Asus, MSI, dan Gigabyte terpaksa menurunkan target penjualan secara drastis.
Menurut laporan Gazlog, tingginya harga RAM membuat penjualan motherboard merosot 40-50% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kondisi ini diperkirakan akan menular ke penurunan penjualan CPU dalam beberapa waktu ke depan.
Krisis ini bukan sekadar masalah pasokan konsumen. Sumber utama kenaikan harga adalah permintaan masif dari pusat data AI yang memborong DRAM untuk mendukung pembangunan infrastruktur komputasi mereka.
Permintaan yang ekstrem ini membuat kapasitas produksi masa depan sudah habis dibeli industri besar, meninggalkan sedikit ruang untuk pasar konsumen.
Krisis RAM juga mulai merembet ke pasar kartu grafis. AMD kabarnya akan menaikkan harga GPU hingga 10%, sementara baik AMD maupun Nvidia dikabarkan tengah mempertimbangkan penghentian beberapa model low-end dan mid-range demi mengamankan margin.
Akibat krisis RAM maka diprediksi akan memicu kenaikan harga smartphone global pada 2026, seiring dengan krisis pasokan memori, khususnya RAM, yang dipicu lonjakan permintaan industri kecerdasan buatan (AI).
Kondisi ini berpotensi membuat harga ponsel naik hingga Rp 1 juta lebih, terutama di segmen menengah ke bawah.
Sejumlah laporan lembaga riset internasional seperti International Data Corporation (IDC) dan Counterpoint Research menyebutkan, krisis memori global bisa mendorong kenaikan harga smartphone hingga 70 dolar AS atau sekitar Rp 1,1 juta mulai kuartal pertama 2026.
Kenaikan tersebut dipicu lonjakan harga DRAM yang diprediksi naik 70-80 %, bahkan bisa menembus 170 % pada kondisi tertentu.
Situasi ini terjadi karena produsen memori besar seperti Samsung, SK Hynix, dan Micron mengalihkan kapasitas produksi mereka ke segmen data center AI yang menawarkan margin jauh lebih tinggi.
Permintaan besar dari raksasa teknologi seperti Google, Meta, hingga Nvidia untuk GPU dan High Bandwidth Memory (HBM) membuat pasokan memori untuk perangkat konsumen semakin terbatas.


