RBN, Vatikan – Grup musik Ki Ageng Ganjur pentas di hadapan puluhan duta besar di KBRI Vatikan pada Rabu malam 4 Desember 2024, jam 19.30 waktu Vatikan. Selain untuk menggemakan suara perdamaian lintas iman melalui seni budaya, event ini juga dimaksudkan untuk memperkenalkan budaya Nusantara kepada masyarakat internasional.
Berdasarkan informasi dari pihak KBRI ada puluhan Duta Besar yang telah konfirmasi akan hadir di acara ini. Selain para diplomat, banyak juga mayarakat Indonesia yang konfirmasi hadir, mereka adalah para romo yang sedang menempuh pendidikan atau bertugas di Vatikan, mahasiswa dan pejabat KBRI Roma.
Melihat nilai stratetgis dan para undangan yang akan hadir, dapat dikatakan missi besar Ki Ageng Ganjur dalam Roadshow kali ini berpusat pada hari Rabu 4 Desember, sehingga pada hari itu Ganjur benar-benar kerja extra untuk mensukseskan event tersebut.
Pada pagelaran ini, Ganjur akan berkolaborasi dengan satu kelompok musik bernama “Gong Wisnu Swara” suatu grup musik gamelan yang semua personilnya orang Italy. Selain itu juga berkolaborasi dengan tiga orang Romo yang sedang belajar di Vatikan, mereka adalah Rm. Tomy, Rm Even dan Rm. Rico.
Menjelang pukul 20.00 acara dimulai dengan sambutan dari Dubes RI untuk Tahta Suci Vatikan, Michael Trias Kuncahyono. Dalam sambutannya Trias Kuncahyono menyampaikan bahwa pagelaran ini bertemakan “suara perdamaian lintas iman”. Tema ini mencermikan adanya upaya membangun perdamaian dan persaudaraan lintas iman melaalui budaya. Selain itu, pagelaran malam ini juga merupakan upaya untuk memperkenalkan keberagaman budaya Indonesia.
“Kami memiliki adat dan tradisi yang beragam. Ada ratusan etnis yang masing-masing memiliki seni budaya yang berbeda-beda. Kami meraajut perbedaan ini dalam bingkai Pancasila” kata pak Dubes Trias Kuncahyono di hadapan para diplomat dan tamu undangan malam itu.
Trias Kuncahyono juga memperkenalkan grup musik Ki Ageng Ganjur. Dijelaskan oleh pak Dubes bahwa Ki Agengg Ganjr adalah suatu grup musik dari Yogyakarta yang mengkolaborasikan antara unsur etnis tradisional dan modern kontemporer, memadukan Barat dan Timur serta meggabungkan berbagai genre musik dalam suatu komposisi.
“Ki Ageng juga menggali beberapa unsur spiritual lintas iman dan mengekspresikannya dalam suatu komposisi musik” demikian penjelasan pak Dubes lebh lanjut.
Setelah sambutan Dubes Trias Kuncahyono, acara pagelaran dimulai dengan dipandu oleh Al-Zastrouw, Ketuaa rombongan yang sekaligus menjadi pimpinan Ki Ageng Ganjur. Mengawali pagelaran zastrouw mengajak para hadirin menikmati suatu komposisi musik yang berjudul “Night at Murcia”.
Zastrouw menjelaskan, komposisi ini memadukan unsur nada Timur Tengah, gamelan Nusantara dan jazz Barat. Dibuat oleh Dwiki Dharmawan, maestro musik jazz Inddonesia, dan pernah dipentaskan di spanyol. Penampilan pertama ini berhasil menarik perhatian penonton. Sambutan aplaus meriah diberikan saat komposisi ini selesai dimainkan.
Selanjutnya Ganjur membawakan dua lagu berturut-turut dengan judul “Gejolak Ekspresi” dan “Lir-ilir”. Zastrouw menjelaskan lagu gejolak ekspresi merupakan komposisi perpaduan antara Melayu dan Timur Tengah. Lirk lagu ini berisi ajakan menunaikan ibadah, berserah diri pada allah sebagai sarana mensucikan diri. Jika seseorang dapat berserah diri dan hatinya bersih maka dia akan mendapat cahaya dari Tuhan sehingga hidupnya akan damai bahagia.
Aransemen lagu Lir-ilir dibuat dalam komposisi perpaduan Jawa, jazz dan Bali.
Syait lagu Lir-ilir berisi ajakan untuk berpegang pada ajaran Agama Islam yang tertumpu pada lima prinsip dasar (rukun Islam). Barang siapa berpegang pada ajaraan agama, maka oranng tersebut akan bahagia hidupnya saat menghadap Tuhan Yan Maha Kuasa.
Kembali penonton di tertegun kagum menyaksikan pagelaran Ki ageng Ganjur malam itu. Mereka tertarik pada instrumen gamelan yang dimainkan Ki ageng Ganjur yang dapat dikolaborasikan secara balnded (menyatu) dengan nada-nada diatonis. Setelah diajak mengembara menjelajahi keindahan Nusantara, selanjutnya Zastrouw mengajak mereka untuk nenjelajahi dunia Barat melalui komposisi musik. Ganjur membawakan dua lagu berturut-turut. Pertama lagu Heal The World dari Michael Jackson dan lagu Italy berjudul Conte Partiro.
Saat kedua lagu ini dibawakan, semua hadirin seperti terhipnotis. Mereka ikut bernyanyi bersama dan bergerak mengikuti irama gamelan. Suasana menjadi gemuruh saat lagu Conte Partiro dibawakan. Hampir semua pengunjung yang ada di gedung auditrium KBRI ikut bernyanyi sambil menyalakan lampu flash HP. Mereka tertegun ketika lagu itu dibawakan dengan nuansa mocopat Jawa dan seriosa gregorian.
Setelah mengembara “dunia” Barat, pengunjung kembali diajak menjelajah alam Nusantara dengan menikmati lagu Indonesia. Kali ini Zastrouw memanggil ketiga romo untuk berkolaborasi membawakan lagu “Damai Bersamamu” cipt. Johny Sahilatua yang dinyanyikan Crisye. Suara merdu para romo yang ditimpa gamelan kembali membuat decak kagum para penonton. Dari Nusantara pengunjung kembali diajak kembali menikmati nuansa Barat melalui lagu wind of Change koleksi Scorpion. Lagu ini digarap dalam komposisi Jawa dan pop.
Pada penampilan selanjutnya Zastrouw memanggil para musisi dari Italia yang tergabung dalam kelompok “Gong Wishnu Swara” untuk berkolaborasi dengan Ki ageng Ganjur. Mereka membawakan dua lagu, masing-masing Caping Gunung dengan komposisi aransemen jazz swing dan Jawa serta Prahu Layar dengan aransemen Pelog Jawa. Kedua lagu ini dinyanyikan oleh sinden dari Italia, dengan penabuh gendang dan bonang juga dari Italia.
Suasana kembali gaduh ketika Ganjur kembali menyanyikan lagu Italy Folare dengan aransement reagge Sunda. Semua pengunjung yang ada di barisan belakang lagsung berdiri dan bergoyang bersama. Suasana benar-benar meriah saat lagu medley Nusantara dinyanyikan. Suatu komposisi yang memadukan beberapa lagu daerah dari Aceh sampai Papua. Saat lagu ini dinyanyikan seluruh pengunjung yang dari Indonesia ikut bergoyang dan bernyanyi bersama. Lagu Medley Nusantara menjadi lagu penutup pagelaran.
Malam itu Ganjur berhasil membawa suasana happy. Pesan perdamaian disuarakaan melalui komposisi musik dan lagu yang mencerminkan dialog antar budaya dan lintas iman. Melalui alunan lagi dan komposisi musik, emosi penonton diaduk-aduk dan diajak keluar menziarahi khazanah budaya Nusantara, Eropa, Amerika dan Timur Tengah.
“Ini benar-benar luar basa, saya baru merasakan musik tidak sekedar entertein, tapi dapat menjadi instrumen dialog yang benar-benar menggetarkan emosi” Demikian kata seorang Romo dari Mexico.
Menjelang jam 10..00 malam pagelaran selesai, tapi para penonton belum mau bubar. Mereka meminta foto bersama pak Dubes dan Ki ageng Ganjur. Satu persatu para diplomat bersalaman memberikan ucapan selamat dan bersalaman dengan pak Dubes dan Al-Zastrouw. Suatu kesan mendalam dan benih kebajikan telah di tanam. Semoga tumbuh menjadi pohon perdamaian dan persaudaraan yang dapat menjadi tempa berteduh semua orang.
Penulis: Ngatawi Al Zastrouw, Ketua Delegasi Kebudayaan Indonesia dan Pimpinan Ki Ageng Ganjur