RBN, Depok – Kota Depok awalnya merupakan kawasan perkebunan kolonial. Dalam perkembangannya kemudian wilayah Depok diubah menjadi sebuah daerah hunian berskala nasional yakni Perumnas.
Secara perlahan kota ini menjelma sebagai daerah penyangga Ibukota. Banyak lahan terbuka yang hilang karena diubah fungsi sebagai hunian dan jumlah reservoir air yang dibangun pada masa Belanda pun ikut berkurang.
Jalur hijau sudah sangat berkurang karena kebutuhan hunian. Kota Depok yang semula dipromosikan sebagai kota penghasil belimbing untuk mencitrakan potensi agroindustrinya menjadi kota satelit dengan mayoritas warganya bekerja di Ibu kota.
Tahun 1986, Universitas Indonesia (UI) meresmikan kawasan kampus barunya di Depok. Generasi muda terpilih dari seluruh Indonesia datang ke Depok untuk belajar dan berinteraksi dengan masyarakat setempat hingga mengubah atmosfir Depok dari wajah Belanda dan Perumnas menjadi Kota Pendidikan.
Perkembangan kawasan kampus tersebut juga diikuti oleh industri kreatif di sepanjang jalan Margonda dan sekitarnya.
Kehadiran UI di Depok tidak hanya menyematkan nuansa kultur intelektual, tetapi juga kultur Go-Green. UI memberi angin segar pada penggunaan sepeda, baik untuk keperluan komuter maupun rekreasi. Oleh karena itu, program pengabdian kepada masyarakat (pengmas) ini mendorong semangat itu lebih jauh.
Di daerah perkotaan, kepopuleran sepeda mengalami peningkatan yang signifikan hingga memunculkan istilah urban cycling.
Menurut Chawla (2017), urban cycling dapat disederhanakan sebagai “using your bicycle as a transportation method throughout your city”. Beberapa keuntungan dapat diambil dengan memilih sepeda sebagai sarana transportasi untuk melintasi daerah perkotaan, mulai dari kesehatan yang lebih baik dengan olahraga, emosional yang lebih terjaga karena lebih mudah bergerak tanpa terjebak macet, finansial yang lebih hemat tanpa biaya bahan bakar, dan lingkungan yang lebih baik tanpa polusi.
Beberapa kelebihan tersebut mendukung aktivitas bersepeda dalam mengembangkan potensi perkotaan melalui ekowisata (ecotourism). Ekowisata memadukan antara konservasi (conservation), komunitas (community), dan wisata yang berkelanjutan (sustainable travel) (The Internasional Ecotourism Society, 2019). Konsep lingkungan dan wisata dapat diunggulkan dengan kegiatan bersepeda. Masyarakat dapat dilibatkan dalam program ekowisata dengan memanfaatkan komunitas-komunitas bersepeda yang semakin populer.
Pengabdian masyarakat ini berkaitan dengan upaya untuk memberi kontribusi melalui kerjasama dengan komunitas sepeda di Depok dengan perspektif “urban cycling tourism”, sebuah konsep yang telah diadopsi di banyak kota di Eropa dan Asia terkait dengan kesadaran atas pentingnya pergerakan penghuni kota melalui sepeda sebagai moda transportasi yang ramah lingkungan.
Oleh karena itu, menurut Tommy Ch (FIBUI), koordinator Pengmas, bahwa akan bekerjsama dengan komunitas sepeda di Depok serta media lokal untuk membuat acara Jajal Trek DUT.
“Kami bekerja sama dengan sejumlah komunitas sepeda di Depok, media lokal, UIII, dan Vokasi IPB. Kegiatan ini kami sebut “Jajal Trek DUT”. DUT (Depok Urban Track) yang menyerap pengalaman pesepeda di sekitar Kota Depok dan mentransformasikannya sebagai “model jalur bersepeda” di perkotaan yang dapat menunjang ekowisata Depok secara meluas. Kami tidak membuat jalur fisik yang baru, kami menghububungkan POI (point of interest) secara konseptual melalui: historical, cultural, industrial, dan educational landscape di Depok’, ujar Tommy.
Tim pengabdi mendata dan memilah trek-trek sepeda yang tersedia, kemudian memetakannya melalui GPS yang nantinya dapat diakses secara umum. Model trek ini tidak hanya dilakukan dengan proses maping, tetapi juga menyertakan POI (point of interest) yang dilalui model trek yang dibuat dengan mempertimbangkan aspek sejarah, toponimi, ekowisata, hingga keamanan, dan keselamatan pengendara. Semua informasi kelak kami taruh di situs DUT.
Trek sepeda akan dibagi dalam 2 kategori yang disesuaikan dengan tingkat pengalaman bersepeda dan jangkauan yang mampu ditempuh, 10 km—15 km dan 30—40 km dengan tagar #depokurbantrack, #DUT22. Minat pesepeda sangat baik, peserta kami batasi 200 pengayuh dari Kota Depok dan sekitarnya. Kuota itu tercapai hanya dalam waktu 3 hari setelah pengumuman kami sebar di media sosial.
Untuk menangkap pengalaman para pengayuh, “Kami menyelenggarakan lomba foto, 26 November 2022, khusus perserta yang mengikuti Jajal Trek DUT. Diharapkan foto foto itu akan menjadi penguat promosi wisata dan menguatkan kesadaran menggunakan sepeda sebagai alternatif komuter maupun rekreasi.” Ungkap Didit S. (pengabdi).
Tim Pengabdian kepada Masyarakat
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia