RBN, Depok – Terlihat keramaian di sekitar Pelataran FIB UI dimana tengah digelar perayaan Hari Kartini di Pelataran Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) oleh Komunitas Bakul Budaya pada Sabtu 20 April 2024.
Acara yang digelar berbarengan dengan Halal Bihalal tersebut melibatkan sekitar 70 aktivis kebudayaan ini mengambil tema “Sesuci Idul Fitri, Seputih Hati Kartini” seluruh peserta yang hadir mengenakan pakain kebaya putih seperti halnya yang sering dipakai R.A. Kartini.
Puncak peringatan Hari Kartini ini ditandai dengan pembacaan surat-surat bersejarah R.A. Kartini oleh tiga aktivis kebudayaan , yaitu Dewi Fajar Marhaeni, yang mewakili unsur Alumni FIB UI, Kirana Noella Gracia, yang mewakili unsur Mahasiswa FIB UI, dan Widianti Kamil yang mewakili unsur Wartawan.
Adapun surat-surat tersebut adalah hasil korespondensi R.A. Kartini dengan sahabat pena-nya, Nyonya Abendanon dan Stella Zeehandelar, yang rata-rata berisi tentang ide-ide R.A. Kartini tentang emansipasi Perempuan dan juga pemajuan literasi.
R.A. Kartini atau Raden Ajeng Kartini adalah tokoh pahlawan wanita yang berasal dari keluarga bangsawan Jawa. Kartini lahir di Jepara, Jawa Tengah pada tanggal 21 April 1879, dengan nama kecil Raden Ayu Adipati Kartini Djojoadhiningrat. Ayahnya bernama Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat serta Ibunya bernama M.A. Ngasirah. Dari garis ayahnya, silsilah Kartini dapat dilacak hingga Hamengkubuwana VI. Garis keturunan Bupati Sosroningrat bahkan dapat ditilik kembali ke istana Kerajaan Majapahit.
Semenjak Pangeran Dangirin menjadi bupati Surabaya pada abad ke-18, nenek moyang Sosroningrat mengisi banyak posisi penting di pemerintahan tersebut. Semenjak remaja Kartini memiliki minat terhadap dunia literasi, Adapun isu yang sering disuarakan oleh Kartini oleh banyak kalangan dikenal seputar dunia emansipasi Perempuan. Padahal, perhatiannya tidak hanya semata-mata soal emansipasi, tetapi juga masalah sosial umum. Kartini melihat perjuangan wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas.
Meski tidak sempat berbuat banyak untuk kemajuan bangsa dan tanah air, Kartini mengemukakan ide-ide pembaruan masyarakat yang melampaui zamannya melalui surat-suratnya yang bersejarah. Cita-citanya yang tinggi dituangkan dalam surat-suratnya kepada kenalan dan sahabatnya orang Belanda di luar negeri, seperti Tuan EC Abendanon, Ny MCE Ovink-Soer, Stella Zeehandelaar, Prof Dr GK Anton dan Ny Tuan HH von Kol, dan Ny HG de Booij-Boissevain. Surat-surat Kartini diterbitkan di negeri Belanda pada 1911 oleh Mr JH Abendanon dengan judul “Door Duisternis tot Licht”, atau setelah diterjemahkan ke Bahasa Indonesia menjadi “Habis Gelap Terbitlah Terang”.
“Pembacaan surat-surat Kartini dalam acara ini bertujuan untuk memperkenalkan pemikiran-pemikiran Kartini yang sangat maju kepada generasi penerus bangsa ini”, ujar Ketua Umum Bakul Budaya Dewi Fajar Marhaeni dalam pidato pembukaan acara.
Selain acara pembacaan sura-surat bersejarah Kartini, acara juga diisi dengan acara menari bersama dan makan siang bersama untuk terus mempererat tali persaudaraan di antara para aktivis kebudayaan.