Home Bidik RBN Silaturahmi Lintas Iman di Vatikan Ala Grup Musik Ki Ageng Ganjur

Silaturahmi Lintas Iman di Vatikan Ala Grup Musik Ki Ageng Ganjur

0
Grup musik Ki Ageng Ganjur (KAG) dari Yogyakarta, Indonesia hadir di Vatikan 1 Desember 2024 hingga 7 Desember 2024 untuk melaksanakan misi dialog lintas iman melalui musik tradisi yang merupakan undangan dari Dubes RI untuk Takhta Suci Vatikan Michael Trias Kuncahyono , salah satu agendanya di hari pertama adalah silaturahmi dan berdialog dengan para pastur Vatikan di Gedung Dikasteri Dialog Antar-Agama. (Foto: Arsip Ki Ageng Ganjur)

RBN, Vatikan – Grup musik Ki Ageng Ganjur (KAG) dari Yogyakarta, Indonesia hadir di Vatikan 1 Desember 2024 hingga 7 Desember 2024 untuk melaksanakan misi dialog lintas iman melalui musik tradisi yang merupakan undangan dari Dubes RI untuk Takhta Suci Vatikan Michael Trias Kuncahyono , salah satu agendanya di hari pertama adalah silaturahmi dan berdialog dengan para pastur Vatikan di Gedung Dikasteri Dialog Antar-Agama.

Kehadiran KAG diterima Romo Markus Solo Kewuta, SVD, seorang pastur ahli Islamologi yang berasal dari Nusa Tenggara Timur (NTT). Saat ini Romo Markus bertugas di Vatikan menangani desk Relasi Katolik-Muslim wilayah Asia-Pasifik. Romo Markus juga menjabat sebagai Wakil Presiden Yayasan Nostra Aetate “Pendidikan Dialog Lintas Agama” pada kantor Dewan Kepausan untuk Dialog Antar-Umat Beragama yang berkedudukan di Vatikan. Beliau menjadi penerjemah Paus Fransiskus saat berkunjung ke Indonesia bulan September lalu.

Grup musik Ki Ageng Ganjur (KAG) dari Yogyakarta, Indonesia hadir di Vatikan 1 Desember 2024 hingga 7 Desember 2024 untuk melaksanakan misi dialog lintas iman melalui musik tradisi yang merupakan undangan dari Dubes RI untuk Takhta Suci Vatikan Michael Trias Kuncahyono , salah satu agendanya di hari pertama adalah silaturahmi dan berdialog dengan para pastur Vatikan di Gedung Dikasteri Dialog Antar-Agama. (Foto: Arsip Ki Ageng Ganjur)

Romo Markus menerima KAG dan delegasi dari Indonesia lainnya di depan lukisan besar bergambar Paus sedang membuka tangan sambil menerima beberapa orang, di antaranya ada wajah Dalai Lama, Gandhi, sultan dari Timur Tengah, dan beberapa orang lainnya.

Romo Markus menerima KAG dan delegasi dari Indonesia lainnya di depan lukisan besar bergambar Paus sedang membuka tangan sambil menerima beberapa orang, di antaranya ada wajah Dalai Lama, Gandhi, sultan dari Timur Tengah, dan beberapa orang lainnya. (Foto: Arsip Ki Ageng Ganjur)

Ngatawi Al-Zastrouw sebagai pimpinan rombongan kemudian memperkenalkan seluruh anggota satu per satu, lengkap dengan nama dan posisinya dalam roadshow KAG. Setelah itu, Zastrouw menjelaskan sejarah singkat dan profil KAG beserta visi, misi, dan gerakan yang telah dilakukan.

Dalam sambutannya, Zastrouw juga menjelaskan tujuan dan misi kedatangan KAG ke Vatikan adalah untuk merajut perdamaian dan persaudaraan lintas iman serta menyuarakan pentingnya dialog lintas agama melalui budaya. Selain itu, misi roadshow Ganjur ke Vatikan dan Roma juga untuk menunjukkan wajah Islam Nusantara yang ramah, toleran, dan moderat kepada publik internasional.

Menanggapi apa yang disampikan Zastrouw, Romo Markus menyatakan bahwa apa yang dilakukan KAG merupakan langkah penting dan perlu mendapat dukungan. Hal ini sangat sesuai dengan fungsi salah satu Dikasteri yang ada dalam struktur pemerintahan Vatikan, yaitu Dikasteri Dialog Antar-Agama.

Untuk memahami apa itu dikasteri, Romo Markus memberikan penjelasan singkat tentangnya. Dikasteri adalah kumpulan lembaga administratif Vatikan yang membantu Paus dalam pemerintahan gereja Katolik. Dikasteri dapat diartikan sebagai sebuah “kementerian” atau “lembaga-lembaga negara”.

Sebagaimana tercantum dalam Preadicate Evangelium, saat ini terdapat 16 dikasteri dalam Kuria Romawi, di antaranya Dikasteri untuk Evangelisasi, Dikasteri untuk Pelayanan Amal, Dikasteri Kebudayaan dan Pendidikan, Dikasteri Dialog Antar-Agama, dan lain-lain.

Setelah menjelaskan perihal dikasteri, Romo Markus kembali mengingatkan pentingnya dialog antaragama untuk menciptakan perdamaian dunia.

“Terus terang, pihak gereja dulu pernah bersikap tertutup terhadap perbedaan, menganggap kafir dan sesat terhadap mereka yang berbeda. Tak ada jalan keselamataan di luar gereja Katolik. Sikap seperti itu justru membuat manusia terkotak-kotak sehingga mudah terjebak dalam konflik, hingga akhirnya gereja membuka diri untuk dialog,” demikian penjelasan Romo Markus pada kami.

Konsili Vatikan II yang mengubah pandangan ini. Konsili Vatikan II menegaskan perlunya Gereja Katolik bagi keselamatan, sebagaimana dikehendaki oleh Kristus. Namun, di sisi lain, Gereja mengakui bahwa mereka yang berada di luar gereja, dalam segala kejujuran hatinya dan pencariannya terhadap Allah, dapat diselamatkan. Ini artinya Gereja Katolik mengakui adanya jalan keselamatan lain selain Gereja Katolik.

Konsili Vatikan II ini menjadi dasar pentingnya dialog antara Gereja Katolik dengan umat beragama dan penganut kepercayaan lain. Dua alasan dasar bagi dialog anta agama adalah, pertama, meskipun kita semua berbeda tapi sama-sama ciptaan Allah yang satu dan sama, sehingga Diapun hadir dan berkarya di luar tubuh gereja; kedua, kitas sebagai keluarga umat manusia.

Selanjutnya, Romo Markus menjelaskan adanya empat jenis dialog. Pertama, dialog kehidupan, yaitu dialog yang dilakukan melalui praktik kehidupan, misalnya hidup bersama dalam kehidupan sehari-hari dalam satu lingkungan masyarakat yang majemuk.

Kedua, dialog kerja sama. Dialog ini dimaksudkan untuk peningkatan martabat manusia, seperti terlihat pada kerja sama antarlembaga atau organisasi internasional di mana umat kristiani dan pemeluk agama lain bersama-sama menghadapi masalah dunia.

Ketiga, dialog refleksi teologi, yaitu dialog yang dilakukan oleh para ahli dan orang-orang yang memiliki kemampuan teologis. Dialog ini dimaksudkan untuk membentuk sikap saling memahami dan dapat menerima perbedaan teologis.

Keempat, dialog spiritual (sharing iman). Dailog ini dimaksudkan untuk saling memperkaya dan memajukan penghayatan nilai-nilai tertinggi dan cita-cita rohani masing-masing pribadi. Dalam dialog ini masing-masing penganut agama berbagi pengalaman doa, kontemplasi bahkan pengalaman iman dalam arti yang lebih mendalam, misalnya pengalaman mistik.

Terkait dengan masalah seni, Romo Markus menyampaikan bahwa Paus Fransiskus memang bukan seorang seniman dan kurang begitu tertarik pada seni yang hingar bingar. Namun, beliau memiliki perhatian besar terhadap seni dan memandang seniman sebagai sosok penting dalam membangun dunia baru. Hal ini disampaikan Paus Fransiskus kepada para seniman yang berpartisipasi dalam rapat yang ditujukan untuk memperingati Hari Ulang Tahun ke-50 Peresmian Koleksi Seni Modern Museum Vatikan di Kapel Sistina, 23 Juni 2023.

“Anda para seniman dan seniwati memiliki kemampuan untuk memimpikan dunia versi baru. Dan ini penting; dunia versi baru. Kemampuan memperkenalkan hal-hal baru ke dalam sejarah”, ucap Bapa Paus Fransiskus pada kesempatan tersebut.

Setelah dialog, Romo Markus mempersilakan rombongan KAG menyanyikan lagu dengan alat musik akustik. Dalam kesempatan tersebut, KAG membawakan dua lagu, yaitu Ya Rasulallah dan Damai Bersamamu.

Acara ditutup dengan foto bersama dan dilanjutkan dengan kunjungan ke Museum Vatikan dan Gereja Basilika Santo Petrus. (Foto: Arsip Ki Ageng Ganjur)

Meski dengan alat musik akustik seadanya, namun lagu yang dinyanyikan KAG membawa kesan mendalam. Silaturahmi lintas iman kali ini benar-benar telah membangun kesadaran bersama tentang pentingnya dialog dan saling pengertian antarumat beragama

Acara ditutup dengan foto bersama dan dilanjutkan dengan kunjungan ke Museum Vatikan dan Gereja Basilika Santo Petrus.

Penulis:
Ngatawi Al Zastrouw
(Ketua Delegasi Kebudayaan Indonesia dan Pimpinan Grup Ki Ageng Ganjur)

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version